Selasa, 11 Juni 2013

Manfaat Belajar Filsafat

Prof. Dr. Bambang Sugiharto

FILSAFAT ITU RUWET, MENYESATKAN, TAK ADA GUNANYA, BAHKAN BERBAHAYA.
Itu kata orang yang tak mampu berpikir.
1. Filsafat itu ruwet, tapi sebenarnya hidup bisa lebih ruwet akibat cara berpikir yang kacau, tak sistematis dan dasarnya lemah.

Filsafat tampak ruwet karena ia hendak menyiangi benang kusut kenyataan, justru agar petanya lebih jelas dan inti terdalam persoalannya lebih gamblang.
Mutu kesarjanaan di Indonesia umumnya rendah karena cara berpikir yang seringkali kacau, tidak sistematis dan kemampuan argumentasinya rendah. Filsafat membantu menata gagasan, memperdalam analisis dan memperkuat argumentasi.

2. Filsafat itu menyesatkan, tapi sebenarnya lebih sesat orang yang tak tahu apa pendapat pribadinya sendiri karena segala pendapatnya adalah pendapat orang lain; tak tahu siapa dirinya karena segala sikapnya hanyalah penyesuaian diri dengan sikap sekelilingnya atau sekadar “jaim”, jaga image. Lebih sesat lagi orang yang terpenjara oleh masalah yang sebetulnya bukan masalah.

Filsafat melatih kita merumuskan pendapat dan sikap pribadi sehingga tak diombang-ambingkan pendapat orang lain; menjernihkan cara kita melihat mana masalah mana bukan masalah, mana yang penting, mana yang tidak penting; melatih kita untuk melihat berbagai kemungkinan jawaban untuk sebuah persoalan. Dalam kerangka filsafat, hidup adalah seribu kemungkinan pilihan.

3. Filsafat itu tak ada gunanya, spekulasi teori yang tak menginjak bumi, kerjaan orang-orang frustrasi. Tapi sebenarnya lebih tak ada gunanya dan menyedihkan orang yang sibuk bekerja tanpa tahu apa yang sebenarnya ia butuhkan dan rindukan. Lebih menyedihkan orang yang tak bisa melihat kemungkinan lain selain kenyataan yang dijalaninya tanpa pilihan.

Filsafat melatih kita berani mempersoalkan apa yang sesungguhnya kita butuhkan dan kita rindukan, apa tujuan hidup dan kerja, mana lebih penting hidup sukses atau hidup yang bermakna.

4. Filsafat itu berbahaya sebab ia membawa ke arah ateisme atau pemurtadan. Tapi sebenarnya lebih berbahaya mereka yang menghayati agama dengan penuh ketakutan: takut berpikir, takut berdosa, takut neraka, takut dirampok agama lain, takut pada pesona dunia, dan akhirnya takut pada kehidupan. Orang macam ini berbahaya karena merekalah orang-orang yang paling siap melakukan ‘bom bunuh diri’ dan menghancurkan orang lain. Orang macam ini berbahaya, karena gara-gara mereka, Tuhan dan agama jadi tampak begitu dungu, aneh dan sakit.

Filsafat membuat kita berani mempertanyakan keyakinan-keyakinan religius yang terlampau naïf, agresif dan destruktif. Dengan cara itu filsafat justru merupakan upaya terus-menerus untuk menjaga agama dan spiritualitas dari kemungkinan merusakkan dirinya sendiri, dan mengembalikannya setiap kali pada inti ruhnya yang tertinggi.


DALAM DUNIA YANG KIAN SAKIT, FILSAFAT MENJAGA PIKIRAN ANDA TETAP SEHAT DAN JIWA ANDA TETAP KUAT.